Kamis, 16 Oktober 2008

Jangan Benci Cuci Tangan

Kebiasaan atau perilaku cuci tangan pakai sabun jika diterapkan dengan benar setidaknya sebelum makan dan setelah buang air besar akan meningkatkan kesehatan keluarga sampai dengan 40%. Karena kebiasaan tersebut akan memutus mata rantai penularan yang disebabkan oleh jemari tangan dan membersihkan tangan yang kotor setelah menyentuh feces. Setidaknya beberapa penyakit yang bisa dicegah akibat dari kebersihan jemari tangan adalah Diare, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Typus, Colera, Disentri, Syndrom Pernafasan Akut Parah (SARS) dan Hepatitis A.

Di Dunia, UNICEF memperkirakan setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal karena diare. Sedangkan di Indonesia, Departemen Kesehatan mengatakan dari setiap seribu bayi yang lahir, hampir 50% diantaranya mati sebelum menginjak usia lima tahun.
Jika seorang bayi terkena diare biasanya berat badannya akan turun dengan drastis, apalagi jika terjadi berulang. Diare merupakan penyumbang terbesar terhadap terjadinya gizi buruk jika tidak ditangani dengan tepat. Selain itu juga berdampak negative terhadap waktu, dan ekonomi sebuah keluarga. Padahal kebiasaan cuci tangan dengan sabun mudah dan bisa diterapkan untuk mencegah diare terjadi.

Hari ini sebuah stasiun televesi mewawancarai beberapa anak jalanan terkait dengan kebiasaan cuci tangan pakai sabun. Rata-rata mereka tahu dampak dari kebiasaan cuci tangan pakai sabun, namun dengan alasan mahal dan sulit mendapatkan air bersih yang mengalir maupun sabun akhirnya kebiasaan tersebut tidak dilakukan.

Sebuah baseline survey oleh USAID kepada 7200 responden dari seluruh Indonesia di sekitar tahun 2006 menghasilkan temuan sebagai berikut, cuci tangan pakai sabun dengan benar setelah BAB hanya dilakukan oleh 8% responden, setelah menceboki BAB anak 6,8%, sebelum menyiapkan makanan bayi 4.3%, sebelum menyiapkan makanan 2,8% dan sebelum makan 7,4%. Meskipun dilakukan pada responden yang berbeda, artinya sedikit banyak bisa diambil gambaran tahun 2006 dan saat ini perilaku masyarakat relative masih sama. Karena satu dan lain hal, kebiasaan cuci tangan pakai sabun sulit dilakukan. Padahal memberikan daya ungkit yang besar untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Semua berpulang kepada kita, maukah kita membiarkan anak kita masuk kedalam daftar 50% Depkes sebagai balita yang meninggal ketika usianya belum genap lima tahun? Ataukah membiarkan buah hati kita (sebagai kelompok yang rentan karena ketergantungannya kepada kita) menjadi salah satu penderita gizi buruk? Ataukah sejak saat ini cuci tangan pakai sabun menjadi prioritas kita dalam berperilaku? Membiasakannya mulai dari diri sendiri dan semua keluarga? Selamat mencoba.